cerpen tentang kewirausahaan
Pagi
Gan! Sebelum saya berangkat ke sekolah untuk menjalani UTS, izinkan saya untuk
update post yang berjudul Contoh CERPEN Kewirausahaan Beserta Strukturnya ini ya. Sebelumnya saya kan
sudah memberi Contoh CERPEN (Cerita Pendek) pribadi yang pernah saya
alami. Kali ini saya akan memberikan contoh cerpen yang pernah dialami oleh
orang lain yang bertema Kewirausahaan. Sudah langsung ke topiknya saja ya.Ini
dia contohnya:
Impian
Kala senja itu, cucuran keringat mengalir
deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi mencapai
tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi
menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga
yang miskin. Ia bukan seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu
menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai jelek. Ya,
memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap insan pasti
mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.
*
Terlihat
dari sudut desa Gede itu, sebuah gubuk kecil rumah tempat tinggal Hanur bersama
keluarganya. Rumah yang jauh dari kata kemewahan, namun sederhana sekali.
Kecintaannya pada mesin tak pernah padam, mungkin itu warisan dari ayahnya yang
kini sudah tiada. Pada usianya 8 tahun, ia sudah mengayuh sepeda sepanjang 10 mil
hanya untuk melihat pesawat terbang. Ketika umurnya 12 tahun ia mampu
menciptakan sebuah sepeda pancal dengan model rem kaki. Namun dalam benaknya,
ia tak pernah ingin menjadi usahawan otomotif. Disaat umurnya mencapai 15
tahun, ia memutuskan untuk berhenti sekolah. Dan selanjutnya ia merantau ke
kota Jakarta untuk mencari pekerjaan sebagaimana bakat yang ia milikinya.
Tak lama kemudian, ia mendapati pekerjaan itu. Ia bekerja
sebagai karyawan di bengkel yang bernama Repair Company milik bos nya Tauka
Ucha. Karena kegigihan dan keterampilan yang dimiliki Hanur, bosnya sangat
senang dengan cara kerjanya. Ia teliti dan cekatan, setiap suara yang
mencurigakan, setiap oli yang bocor, tidak luput dari perhatiannya. Enam tahun
bekerja disitu, menambah wawasannya tentang permesinan.
**
Di
usia Hanur yang menginjak 21 tahun, Tauka Ucha membuka cabang bengkelnya yang
didirikan di pusat kota Bandung. Bengkel tersebut dipercayakan kepada Hanur.
Prestasi pekerjaan Hanur tetap membaik walaupun jauh dari pandangan bosnya.
Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain.
Kerjanya pun cepat memperbaiki mobil pelanggan sehingga berjalan kembali.
Karena itu, jam kerjanya larut malam, dan terkadang sampai subuh. Otak
jeniusnya tetap kreatif. Pada zaman itu, jari-jari mobil terbuat dari kayu,
hingga tidak baik meredam goncangan. Ia punya gagasan untuk menggantikan
ruji-ruji itu dengan logam. Hasilnya luar biasa. Ruji-ruji logamnya laku keras,
dan diekspor ke seluruh dunia. Di usia 30 tahun, Hanur menandatangani patennya
yang pertama.
Bisa dibilang bahwa pada usia 30 tahun ia sudah mencapai
kesuksesan yang diingininya sejak kecil itu. Ia merasa pada saat itu ia sudah
mampu untuk membuka bengkel sendiri, akhirnya ia melepaskan diri dari bosnya.
Ia mulai berfikir, kira-kira produk apa yang kiranya akan laris di pasaran?
Inovasinya tertuju pada Ring Pinston. Ia dan para karyawannya pun memulai hal
itu, setelah beberapa hari ia mengajukannya kepada perusahaan otomotif ternama
yang membuka cabangnya di Indonesia yaitu Honda. Sayangnya, karyanya itu
ditolak oleh Honda, karena dianggap tidak memenuhi standar. Ring buatannya
tidak lentur, dan tidak laku dijual. Ia ingat reaksi teman-temannya terhadap
kegagalan itu. Mereka menyesalkan dirinya keluar dari bengkel Tauka Ucha.
***
Karena kegagalan itu, Hanur jatuh sakit cukup serius. Dua bulan
kemudian, kesehatannya pulih kembali. Ia kembali memimpin bengkelnya. Tapi,
soal Ring Pinston itu, belum juga ada solusinya. Demi mencari jawaban, ia
kuliah lagi untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Siang hari, setelah
pulang kuliah - pagi hari, ia langsung ke bengkel, mempraktekan pengetahuan
yang baru diperoleh. Setelah dua tahun menjadi mahasiswa, ia akhirnya
dikeluarkan karena jarang mengikuti kuliah. "Saya merasa sekarat, karena
ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele-tele
tentang hukum makanan dan pengaruhnya.” Kepada Rektornya, ia jelaskan maksudnya
kuliah bukan mencari ijasah. Melainkan pengetahuan. Penjelasan ini justru
dianggap penghinaan.
****
Berkat
kerja kerasnya, desain Ring Pinston-nya diterima. Pihak Honda memberikan
kontrak, sehingga Hanur berniat mendirikan pabrik. Sayangnya, pabriknya
terbakar dua kali. Namun, Hanur tidak patah semangat. Ia bergegas kembali untuk
mendirikan pabriknya. Tanpa diduga, gempa bumi meletus menghancurkan pabriknya,
sehingga diputuskan menjual pabrik Ring Pinstonnya ke Honda. Setelah itu, Hanur
mencoba beberapa usaha lain. Namun semuanya gagal. Untuk membeli makanan bagi
keluarganya saja ia sangat kesulitan. Dalam keadaan terdesak, ia memasang motor
kecil pada sepeda. Siapa sangka, sepeda motor – cikal bakal lahirnya mobil
Hanur - itu diminati oleh para tetangga. Mereka berbondong-bondong memesan,
sehingga Hanur kehabisan stok. Disinilah, Hanur kembali mendirikan pabrik
motor. Sejak itu, kesuksesan tak pernah lepas dari tangannya.
*****
Kala senja itu, cucuran keringat mengalir
deras pada diri seorang remaja. Yang selalu mengayuh sepeda demi mencapai
tujuannya. Seorang remaja dengan semangat juang tinggi. Yang selalu bermimpi
menggapai cita yang murni. Ya, ialah Hanur namanya. Ia terlahir dari keluarga
yang miskin. Ia bukan seorang remaja yang memiliki otak cemerlang, ia selalu
menjauh dari pandangan guru. Dan ia sering sekali mendapatkan nilai jelek. Ya,
memang seseorang di dunia ini tidak ada yang sempurna, pada setiap insan pasti
mempunyai bakat masing-masing yang sudah di anugerahkan Tuhan kepadanya.
Panggilan akrabnya Ado, nama
lengkapnya Andri Aryansah, seorang lelaki yang hanya mengecap pendidikan SD ini
berhasil menjadi usahawan sukses dengan omzet per bulan mencapai Rp 100 juta.
Semuanya dilalui dengan tidak
menyenangkan. Ia masih ingat bagaimana harus sering memakai sandal jepit untuk
sekolah jika musim hujan, sebab sepatu Ado hanya satu. Jika basah ia tak punya
sepatu pengganti dan terpaksa mengenakan sandal.
Ia juga masih ingat dengan
lekat bagaimana rasanya berjalan kaki ketika ke sekolah dan bermain, sementara
teman-temannya bergembira naik sepeda. Itulah sedikit pengalaman pahitnya di
masa kecil, dari sekian banyak pengalaman pahit yang dirasakannya. Kesedihan
Ado berujung ketika ia lulus SD pada 1999.
Bapaknya yang hanya bekerja
sebagai buruh bangunan tak mampu membiayai lagi sekolahnya. Dengan terpaksa dia
tidak melanjutkan jenjang SMP. Dua tahun kemudian, ia meninggalkan kota
kelahirannya Garut menuju Bandung untuk mengadu nasib.
Alasannya dia tak mau
merepotkan orangtuanya. Pekerjaan pertamanya di Bandung bukanlah pekerjaan yang
membanggakan bagi seorang remaja sepertinya. Ia menjadi pembantu rumah tangga
(PRT) di daerah Dipati Ukur, Bandung. Pekerjaan itu dia lalui selama tiga
tahun. Pada 2004 Ado “naik pangkat” dengan bekerja di Record Man, sebuah toko
pakaian yang identik dengan musik cadas.
Kejujuran dan kerja kerasnya
membuat Ado dipromosikan hingga menjadi manajer toko tersebut. Setelah bekerja
di Record Man selama 7 tahun, Ado memutuskan untuk keluar dari tempatnya
bekerja. “Saya sih tidak mau terus-terusan kerja pada orang. Ingin punya usaha
sendiri. Lagipula saya sudah punya pengalaman di bidang pakaian, jadi tahu
seluk-beluk bisnisnya,” kata Aldo.
Bermodal tabungan sebesar Rp
2,5 juta ia mulai menyewa los di Plaza Parahyangan berukuran 3×3 dengan biaya
sewa Rp 1,4 juta. Meski baru pertama menjalankan usaha, Ado mengaku yakin bahwa
dia akan berhasil. Meski modal uangnya sedikit, Ado memiliki modal lain yang
lebih penting dari uang yaitu pengalaman dan jaringan. Ia punya pengalaman
selama 7 tahun di industri ini dan ia punya jaringan pemasok maupun pelanggan.
Ado menggandeng teman-temannya musisi musik metal untuk dibuatkan merchandise.
Ado merupakan seorang pengemar
musik cadas. Usaha merchandise tersebut ternyata membawa berkah bagi dirinya.
Dalam waktu relatif singkat usahanya menanjak. Sebagai pengusaha, Ado belajar
melihat tren di pasaran. Ketika persaingan di bisnis merchandise band mulai
ketat, Ado mencari ide lain. Dia pun kemudian melakukan diversifikasi desain
kaos dengan membuat desain-desain bergaya Sunda.
Tapi kaos bergaya metal tetap
dia jalankan. Kejelian melihat peluang inilah yang membuat Ado bisa bertahan
hingga sekarang. Perlahan tapi pasti, usahanya terus berkembang. Omzet yang
awalnya jutaan berkembang menjadi belasan dan puluhan juta rupiah.
Dan sekarang menurut Ado
angkanya sudah menyentuh Rp 100 juta per bulan. Meski usahanya sudah maju dan
omzetnya menggelembung, tapi Ado mengaku tetap hidup sederhana. Pengalaman di
masa lalu mengajarinya untuk hidup sederhana. Kesabaran dan keuletan Ado
terbayar sekarang ini.
Saat itu larut malam dan semua
orang beranjak meninggalkan bangunan megah tersebut kecuali seorang wanita muda
yang duduk dalam bayang-bayang dedaunan pohon yang berdiri kokoh tepat di depan
butik itu. Di siang hari, jalanan di depan butik sarat akan debu kotor, namun
di malam hari embun yang terbentuk di udara serta-merta menyingkirkan serpihan
debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya si wanita muda itu senang duduk di
sana, saat semua orang justru ingin pulang ke rumah,ia lebih tertarik melihat
manekin yang bagaikan dewi berbalut pakaian yang menggugah hati tersebut,
seolah suasana malam sunyi membawanya ke alam lain.
Malam berganti pagi, pagi
berganti siang, siang berganti malam, selalu saja wanita muda itu terlihat
disana. “Mengapa ia tidak pergi?” pikir wanita dari
seberang. Membawa bertumpuk – tumpuk kain, berteriak, memanggil, siapa saja
yang melintas didepannya. Malu? sudah pasti. Satu lembar kain lima ribu rupiah,
tiga lembar kain duabelas ribu rupiah, proses tawar-menawar itu tidak jarang
membuatnya malu, hingga pipinya memerah, sebagaimana semua orang pasti
merasakan hal yang sama jika mereka ada di posisinya. Berkali – kali sudah
Pelangi mempermalukan diri.Cuma itu?, tentu tidak. memperlihatkan berbagai
macam gaya dengan harapan dapat menghipnotis orang – orang yang bejalan lewat
didepannya. Tidak banyak yang memperdulikannya, bahkan tidak sedikit yang hanya
melihat dan langsung berjalan pergi.
“Haruskah aku berpidah ke depan
gedung itu? atau haruskah aku masuk kedalamnya?”pikiran pelangi melayang.
Aku menjauhi trotoar, berjalan
maju beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu dari tengah jalan, seraya
mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di sekitar mulut, aku berteriak
sekeras-kerasnya: “Lihat saja Aku bisa lebih dari kalian, Aku bisa, aku pasti
bisa”
Semua orang melihatnya, tapi ia
tidak peduli. Ia lebih memilih melanjutkan jalannya menuju rumah dengan mata
berkaca kaca, sambil dalam hati memohon “ Ibu, tolong bantu aku”
Termenung sendiri di rumah yang
kecil, ia terdiam melihat layar ponselnya. Satu jam, dua jam, tiga jam waktu
berlalu, “tapi apa yang aku bisa?” diam?menangis?atau mungkin berteriak
bagaikan orang gila?apakah itu akan mengubah nasibku, sebenarnya apa aku ini?
Sedetik kemudian ia sudah memegang
sebuah buku yang berisi gambaran, sejak kecil ia memang sudah biasa menggambar
busana, ia tersenyum melihat rancanganngannya. membolak-balikkan buku itu
memang sudah menjadi kebiasaan disetiap malam-malamnya yang sunyi. Tetapi malam
ini berbeda ia mencoba untuk membuat salah satu baju rancangannya dengan mesin
jahit tua peninggalan neneknya. Ia berusaha membuatnya sebaik mungkin, mencoba
pakaian itu dan melihatnya dikaca, ia merasa ada yang kurang. Lalu ia bergegas
mengambil kain- kain yang ada dan menjadikannya hijab yang indah bahkan ada
bentuk seperti bunga mawar diatasnya, tidak lupa ia memotret dirinya dan
mengunggahnya ke dalam Facebook, ya
facebook memang media yang pas untuk berkomunikasi dengan teman yang jaraknya
jauh.
Siapa sangka dipagi hari ia
mendapat kejutan dengan banyaknya komentar tentang desain baju dan hijabnya,
“Wah,bagus” , “pesan satu dong”, sedikit demi sedikit perubahanpun terjadi,
Pelangi mendapat banyak tawaran, dari awalnya hanya punya 5 orang karyawan
sekarang sudah berkembang menjadi 350 karyawan yang membantunya.
Tinggalnya pun sudah tidak
dirumah kecil itu, ia tinggal di rumah yang cukup besar bahkan mengajak kedua
orang tuanya untuk tinggal bersama. Seiring berjalannya waktu usahanya berjalan
dengan pesat, bahkan ia kerap diundang dalam pagelaran busana yang diadakan di
negeri tetangga, busana yang sudah menjadi kebutuhan utama dan juga desain yang
terus berubah – ubah setiap musimnya memberi keuntungan tersendiri bagi
Pelangi.
Malam sudah larut, saat
kebanyakan orang akan memilih pergi kerumahnya masing-masing untuk melepas
penat, tetapi tidak untuk Pelangi ia memilih untuk menyusuri jalan dan
duduk dibawah pohon besar yang menghadap pada sebuah bangunan megah, ya
tepat di depan butik itu. Kemudian ia berkata pelan “Aku bisa,
sekarang kalian sudah lihat kan, aku bisa lebih dari yang kalian kira”
Pria berpakaian “dinas” celana
pendek jin dan kemeja lengan pendek yang ujung lengannya tidak dijahit, ini
adalah salah satu sosok entrepreneur sukses yang memulai usahanya benar-benar
dari bawah dan bukan berasal dari keluarga wirausaha. Pendiri dan pemilik
tunggal Kem Chicks (supermarket), ini mantan sopir taksi dan karyawan Unilever
yang kemudian menjadi pengusaha sukses.
Titik balik yang getir menimpa
keluarga Bob Sadino. Bob rindu pulang kampung setelah merantau sembilan tahun
di Amsterdam, Belanda dan Hamburg, Jerman, sejak tahun 1958. Ia membawa pulang
istrinya, mengajaknya hidup serba kekurangan. Padahal mereka tadinya hidup
mapan dengan gaji yang cukup besar.
Sekembalinya di tanah air, Bob
bertekad tidak ingin lagi jadi karyawan yang diperintah atasan. Karena itu ia
harus kerja apa saja untuk menghidupi diri sendiri dan istrinya. Ia pernah jadi
sopir taksi. Mobilnya tabrakan dan hancur. Lantas beralih jadi kuli bangunan
dengan upah harian Rp 100.
Suatu hari, temannya
menyarankan Bob memelihara ayam untuk melawan depresi yang dialaminya. Bob
tertarik. Ketika beternak ayam itulah muncul inspirasi berwirausaha. Bob
memperhatikan kehidupan ayam-ayam ternaknya. Ia mendapat ilham, ayam saja bisa
berjuang untuk hidup, tentu manusia pun juga bisa.
Sebagai peternak ayam, Bob dan
istrinya, setiap hari menjual beberapa kilogram telor. Dalam tempo satu
setengah tahun, ia dan istrinya memiliki banyak langganan, terutama orang
asing, karena mereka fasih berbahasa Inggris. Bob dan istrinya tinggal di
kawasan Kemang, Jakarta, di mana terdapat banyak menetap orang asing.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Tidak jarang pasangan tersebut dimaki pelanggan, babu orang asing sekalipun. Namun mereka mengaca pada diri sendiri, memperbaiki pelayanan. Perubahan drastis pun terjadi pada diri Bob, dari pribadi feodal menjadi pelayan. Setelah itu, lama kelamaan Bob yang berambut perak, menjadi pemilik tunggal super market (pasar swalayan) Kem Chicks. Ia selalu tampil sederhana dengan kemeja lengan pendek dan celana pendek.
Bisnis pasar swalayan Bob
berkembang pesat, merambah ke agribisnis, khususnya holtikutura, mengelola
kebun-kebun sayur mayur untuk konsumsi orang asing di Indonesia. Karena itu ia
juga menjalin kerjasama dengan para petani di beberapa daerah.
Bob percaya bahwa setiap
langkah sukses selalu diawali kegagalan demi kegagalan. Perjalanan wirausaha
tidak semulus yang dikira. Ia dan istrinya sering jungkir balik. Baginya uang
bukan yang nomor satu. Yang penting kemauan, komitmen, berani mencari dan
menangkap peluang.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Di saat melakukan sesuatu pikiran seseorang berkembang, rencana tidak harus selalu baku dan kaku, yang ada pada diri seseorang adalah pengembangan dari apa yang telah ia lakukan. Kelemahan banyak orang, terlalu banyak mikir untuk membuat rencana sehingga ia tidak segera melangkah. “Yang paling penting tindakan,” kata Bob.
Keberhasilan Bob tidak terlepas dari ketidaktahuannya sehingga ia langsung terjun ke lapangan. Setelah jatuh bangun, Bob trampil dan menguasai bidangnya. Proses keberhasilan Bob berbeda dengan kelaziman, mestinya dimulai dari ilmu, kemudian praktik, lalu menjadi trampil dan profesional.
Menurut Bob, banyak orang yang memulai dari ilmu, berpikir dan bertindak serba canggih, arogan, karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain.
Sedangkan Bob selalu luwes
terhadap pelanggan, mau mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. Dengan sikap
seperti itu Bob meraih simpati pelanggan dan mampu menciptakan pasar. Menurut
Bob, kepuasan pelanggan akan menciptakan kepuasan diri sendiri. Karena itu ia
selalu berusaha melayani pelanggan sebaik-baiknya.
Bob menempatkan perusahaannya
seperti sebuah keluarga. Semua anggota keluarga Kem Chicks harus saling
menghargai, tidak ada yang utama, semuanya punya fungsi dan kekuatan.
Anak Guru
Kembali ke tanah air tahun
1967, setelah bertahun-tahun di Eropa dengan pekerjaan terakhir sebagai
karyawan Djakarta Lloyd di Amsterdam dan Hamburg, Bob, anak bungsu dari lima
bersaudara, hanya punya satu tekad, bekerja mandiri. Ayahnya, Sadino, pria Solo
yang jadi guru kepala di SMP dan SMA Tanjungkarang, meninggal dunia ketika Bob
berusia 19.
Modal yang ia bawa dari Eropa,
dua sedan Mercedes buatan tahun 1960-an. Satu ia jual untuk membeli sebidang
tanah di Kemang, Jakarta Selatan. Ketika itu, kawasan Kemang sepi, masih
terhampar sawah dan kebun. Sedangkan mobil satunya lagi ditaksikan, Bob sendiri
sopirnya.
Suatu kali, mobil itu
disewakan. Ternyata, bukan uang yang kembali, tetapi berita kecelakaan yang
menghancurkan mobilnya. “Hati saya ikut hancur,” kata Bob. Kehilangan sumber
penghasilan, Bob lantas bekerja jadi kuli bangunan. Padahal, kalau ia mau,
istrinya, Soelami Soejoed, yang berpengalaman sebagai sekretaris di luar negeri,
bisa menyelamatkan keadaan. Tetapi, Bob bersikeras, “Sayalah kepala keluarga.
Saya yang harus mencari nafkah.”
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik.Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah “warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan dan 100 ton sayuran segar.
“Saya hidup dari fantasi” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahannya
Untuk menenangkan pikiran, Bob menerima pemberian 50 ekor ayam ras dari kenalannya, Sri Mulyono Herlambang. Dari sini Bob menanjak: Ia berhasil menjadi pemilik tunggal Kem Chicks dan pengusaha perladangan sayur sistem hidroponik.Lalu ada Kem Food, pabrik pengolahan daging di Pulogadung, dan sebuah “warung” shaslik di Blok M, Kebayoran Baru, Jakarta. Catatan awal 1985 menunjukkan, rata-rata per bulan perusahaan Bob menjual 40 sampai 50 ton daging segar, 60 sampai 70 ton daging olahan dan 100 ton sayuran segar.
“Saya hidup dari fantasi” kata Bob menggambarkan keberhasilan usahannya
CERPEN KEWIRAUSAHAAN
PELITA BERCAHAYA PELANGI
Oleh
: dian prawirantari
Saat itu larut malam dan
semua orang beranjak meninggalkan bangunan megah tersebut kecuali seorang
wanita muda yang duduk dalam bayang-bayang dedaunan pohon yang berdiri kokoh
tepat di depan butik itu. Di siang hari, jalanan di depan butik sarat akan debu
kotor, namun di malam hari embun yang terbentuk di udara serta-merta
menyingkirkan serpihan debu dari permukaan jalan. Itulah sebabnya si wanita
muda itu senang duduk di sana, saat semua orang justru ingin pulang ke rumah,ia
lebih tertarik melihat manekin yang bagaikan dewi berbalut pakaian yang
menggugah hati tersebut, seolah suasana malam sunyi membawanya ke alam lain.
Malam
berganti pagi, pagi berganti siang, siang berganti malam, selalu saja wanita
muda itu terlihat disana. “Mengapa ia tidak pergi?”
pikir wanita dari seberang. Membawa bertumpuk – tumpuk
kain, berteriak, memanggil, siapa saja yang melintas didepannya. Malu? sudah
pasti. Satu lembar kain lima ribu rupiah, tiga lembar kain duabelas ribu
rupiah, proses tawar-menawar itu tidak jarang membuatnya malu, hingga pipinya
memerah, sebagaimana semua orang pasti merasakan hal yang sama jika mereka ada
di posisinya. Berkali - kali sudah Pelangi mempermalukan diri.Cuma itu?, tentu
tidak. memperlihatkan berbagai macam gaya dengan harapan dapat menghipnotis
orang – orang yang bejalan lewat didepannya. Tidak banyak yang
memperdulikannya, bahkan tidak sedikit yang hanya melihat dan langsung berjalan
pergi.
“Haruskah
aku berpidah ke depan gedung itu? atau haruskah aku masuk kedalamnya?”pikiran
pelangi melayang.
Aku
menjauhi trotoar, berjalan maju beberapa langkah dengan wajah tengadah, lalu
dari tengah jalan, seraya mengatupkan kedua tangan agar membentuk corong di
sekitar mulut, aku berteriak sekeras-kerasnya: “Lihat saja Aku bisa lebih dari
kalian, Aku bisa, aku pasti bisa”
Semua
orang melihatnya, tapi ia tidak peduli. Ia lebih memilih melanjutkan jalannya
menuju rumah dengan mata berkaca kaca, sambil dalam hati memohon “ Ibu, tolong
bantu aku”
Termenung
sendiri di rumah yang kecil, ia terdiam melihat layar ponselnya. Satu jam, dua
jam, tiga jam waktu berlalu, “tapi apa yang aku bisa?” diam?menangis?atau
mungkin berteriak bagaikan orang gila?apakah itu akan mengubah nasibku,
sebenarnya apa aku ini?
Sedetik
kemudian ia sudah memegang sebuah buku yang berisi gambaran, sejak kecil ia
memang sudah biasa menggambar busana, ia tersenyum melihat rancanganngannya.
membolak-balikkan buku itu memang sudah menjadi kebiasaan disetiap malam-malamnya
yang sunyi. Tetapi malam ini berbeda ia mencoba untuk membuat salah satu baju
rancangannya dengan mesin jahit tua peninggalan neneknya. Ia berusaha
membuatnya sebaik mungkin, mencoba pakaian itu dan melihatnya dikaca, ia merasa
ada yang kurang. Lalu ia bergegas mengambil kain- kain yang ada dan
menjadikannya hijab yang indah bahkan ada bentuk seperti bunga mawar diatasnya,
tidak lupa ia memotret dirinya dan mengunggahnya ke dalam Facebook, ya
facebook memang media yang pas untuk berkomunikasi dengan teman yang jaraknya
jauh.
Siapa
sangka dipagi hari ia mendapat kejutan dengan banyaknya komentar tentang desain
baju dan hijabnya, “Wah,bagus” , “pesan satu dong”, sedikit demi sedikit
perubahanpun terjadi, Pelangi mendapat banyak tawaran, dari awalnya hanya punya
5 orang karyawan sekarang sudah berkembang menjadi 350 karyawan yang
membantunya.
Tinggalnya
pun sudah tidak dirumah kecil itu, ia tinggal di rumah yang cukup besar bahkan
mengajak kedua orang tuanya untuk tinggal bersama. Seiring berjalannya waktu
usahanya berjalan dengan pesat, bahkan ia kerap diundang dalam pagelaran busana
yang diadakan di negeri tetangga, busana yang sudah menjadi kebutuhan utama dan
juga desain yang terus berubah – ubah setiap musimnya memberi keuntungan
tersendiri bagi Pelangi.
Malam
sudah larut, saat kebanyakan orang akan memilih pergi kerumahnya masing-masing
untuk melepas penat, tetapi tidak untuk Pelangi ia memilih untuk menyusuri
jalan dan duduk dibawah pohon besar yang menghadap pada sebuah bangunan
megah, ya tepat di depan butik itu. Kemudian ia berkata pelan “Aku
bisa, sekarang kalian sudah lihat kan, aku bisa lebih dari yang kalian kira”
- END -
Contoh Cerpen Tema Kewirausahaan
Tak Menyangka, Ternyata Dia Tahu
Di tengah padatnya
perkampungan kumuh di pinggir kota itu, tersimpan sebuah cerita di sebuah rumah
kecil yang temboknya hanya terbuat dari anyaman bambu yang sudah mulai keropos
digerogoti ribuan rayap-rayap kecil. Hanya atap yang sudah bolong di sana sini
yang sanggup untuk menghalau teriknya sang raja siang dan menghalau dinginnya
terpaan air hujan. Dalam rumah yang sesak dan pengap itu tinggallah seorang penjual
jagung rebus bersama istri dan satu putrinya.
Di kala suatu sore
yang dihiasi oleh halilintar dan guntur, Wiyati, istri penjual jagung rebus itu
mengayunkan pisau kecil nan tajam di genggamannya yang erat. Dikelupasnya satu
per satu tumpukan jagung itu, yang dibelinya dari petani di kampung sebelah.
Wiyati hanya mengelupas ba-
gian kulit terluar, sementara beberapa helaian kulit bagian dalam
dibiarkannya menempel. Hanya dalam sekejap tumpukan jagung itu pun siap
dimasukkan pada sebuah panci besar yang didalamnya sudah berisi air. Wiyati
mulai menyalakan tungku kayu di bawah panci itu dan menjaga apinya agar tetap
menyala. Jagung itu harus direbus selama berjam-jam. Disela-sela menunggu
jagung-jagung tersebut masak, Wiyati menyiapkan ember-ember dan meletakkannya
dibawah genteng-genteng yang bolong. Karena nampaknya rahmat Tuhan, yang berupa
hujan akan segera turun.
Sementara itu, dalam
sebuah bilik kecil terlihat Astri sedang membaca buku untuk mempersiapkan
Ulangan Akhir Semester 1 nya yang akan dimulai dua hari lagi. Hanya selang
beberapa menit, Astri meletakkan bukunya dan berdiri. Dia berjalan mondar
mandir di bilik tersebut. Anak semata wayang di keluarga itu terlihat sangat
bingung. Bukan karena materi pelajaran yang dibacanya, namun ternyata karena
siang tadi dia dipanggil oleh seorang guru di sekolahnya. Di SD Teratai III,
tempat sekolah Astri, diberlakukan peraturan bahwa siswa tidak boleh mengikuti
Ulangan Akhir Semester jika administrasi belum lunas. Ya, memang, Astri belum
membayar beberapa buku di semester awal ini. Maka dari itu dia dipanggil oleh
guru, supaya segera membayar. Jika ditotal mungkin sekitar Rp 320.000. Tapi,
tak tega rasanya Astri meminta uang kepada orang tuanya, itulah yang membuat ia
bingumg. Akhir-akhir ini, keuangan keluarga tersebut memang menurun, apalagi
sebentar lagi akhir bulan, sehingga keluarga tersebut harus membayar tagihan
listrik dan tagihan air. Sementara orang tua Astri hanya penjual jagung rebus.
Keuntungan yang didapat tak seberapa, apalagi jagung untuk modal harus dibeli,
jadi keuntungannya dipotong lagi untuk modal. “Haaaaaahhh.......!” Astri
menghela napas panjang.
Akhirnya Astri memutuskan untuk keluar dari bilik kecilnya yang sempit
dan menemui ibunya di dapur.
“Sudah selesai belajarnya?” tanya Wiyati.
“Belum, eeehmmm...... . Bapak belum pulang?”
“Belum.”
“Sudah hampir hujan kok bapak belum pulang sih, bu?”
“Mungkin jagungnya belum habis. Ayo makan dulu saja. Belajarnya nanti
lagi.”
“Nggak nunggu bapak makannya?”
“Kayaknya bapak nanti pulang agak malam, soalnya tadi berangkatnya agak
telat. Kita makan dulu saja.”
“Ya, bu.” Jawab Astri singkat.
“Sebenarnya Astri ingin bicara tentang pembayaran buku, tapi... ya
sudahlah, makan dulu.” gumam Astri saat ibunya menyiapkan makanan.
“Duaaaarrrrr!” Suara guntur mengagetkan Wiyati dan Astri yang tengah
bersiap-siap makan. Tak selang berapa lama, hujan deras pun turun disertai
kilatan petir. Mereka bergegas untuk makan. Hanya sekedar nasi dan tahu yang
menghiasi piring mereka di malam itu. Namun keduanya tetap bersyukur karena
masih diberi santapan yang bisa mengisi perut mereka. Baru beberapa suapan,
tiba-tiba saja lampu bohlam di atas meja makan berkedip-kedip dan mati.
“Apa kita belum membayar tagihan listrik?” tanya Wiyati kepada anaknya.
“Tidak, bu. Ini baru tanggal 26.” Jawab Astri, seolah tahu arah
pembicaraan ibunya.
“Mungkin karena hujan, listriknya mati. Aku mau lihat depan dulu.”
Sambung Astri. Astri pun berjalan menuju pintu depan.
“Iya, bu. Satu kampung listriknya padam. Bapak nanti bagaimana
pulangnya?” Tanya Astri yang mengkhawatirkan bapaknya yang tengah menjajakan
jagung rebus.
“Nanti kalau hujannya sudah reda ya pulang.” Jawab Wiyati dengan nada
santai.
Kemudian Wiyati
menuju dapur untuk menjaga api yang digunakan untuk merebus jagungnya. Astri
turut menemani ibunya di dapur. Astri sepertinya lupa dengan administrasi
pembayaran buku sekolahnya. Detik demi detik, menit demi menit, hingga beberapa
jam pun berlalu. Hujan belum reda, guntur dan petir belum berhenti, lampu pun
masih padam. Astri kelihatan sudah mulai mengantuk, karena hari semakin malam.
Wiyati masih di dapur, Astri berjalan menuju bilik kamarnya dan bergegas tidur
supaya besok bisa belajar di sekolah tanpa mengantuk.
Keesokan harinya,
Astri bangun dan keluar dari biliknya. Dia melihat ibunya masih tidur di kursi
panjang dekat pintu depan. Tak seperti biasanya, Wiyati tidur di situ. Astri
pun membangunkan Wiyati. Ternyata bapaknya Astri belum pulang, sehingga Wiyati
tidur di dekat pintu untuk berjaga-jaga kalau suaminya pulang. Tiba-tiba
terdengar suara gedoran pintu dari luar. Wiyati merasa bahagia, dia pun
membukakan pintu. Wiyati memandangi laki-laki di depannya. Awalnya Wiyati
mengira kalau dia adalah suaminya, tapi setelah Wiyati melihat lagi ternyata
dia adalah saudara kembar dari suaminya, namanya Heru. Heru mengatakan bahwa
adik kembarnya, yang bernama Teri sedang ada di rumah sakit karena tadi malam
tertimpa pohon yang tumbang disambar petir. Heru pun membawa Wiyati dan Astri
ke rumah sakit di mana Teri dirawat. Mereka pun sampai di rumah sakit, Teri
ternyata tidak apa-apa, hanya beberapa goresan dan memar di kaki kirinya. Teri
kemudian memberi uang kepada anaknya, Astri, untuk membayar buku pelajaran.
“Kok bapak tahu? Aku kan belum bilang ke bapak?” tanya Astri dengan heran. “
Bapak kan tahu kalau kamu akan menghadapi Ulangan Akhir Semester, jadi sudah
pasti kalau semua administrasi harus lunas. Ngomong-ngomong kamu nggak
sekolah?”. “Inikan hari Ahad, pak!”
Unsur intrinsik dari cerpen berjudul "Tak Menyangka, Ternyata Dia
Tahu"
Tematik :
Profil Kewirausahaan
Tema :
Kebutuhan Hidup
Tujuan :
Menafkahi keluarga
Bahan
a. Alur : maju
b. Setting
- Tempat : di rumah ( dapur, bilik kamar,
dekat pintu) dan rumah sakit
- Waktu : sore, malam, keesokan hari
- Suasana : bingung, khawatir, senang
c. Penokohan
- Wiyati : pekerja keras, selalu bersyukur,
bersikap tenang
- Astri : penyayang, selalu bersyukur
- Teri : pekerja keras, perhatian
- Heru : baik
d. Sudut pandang : orang ketiga pelaku utama
e. Gaya bahasa : majas perbandingan
f. Amanat :
- Meskipun dalam
kesulitan, kita harus senantiasa bersyukur dan tetap bersikap tenang.
Unsur ekstrinsik
1. Latar kepengarangan
penulis
Penulis menjumpai berbagai realita di masyarakat yang masih hidup di
antara kemiskinan dan tinggal di lingkungan yang kumuh.
2. Lingkungan pengarang
Dalam lingkungan si pengarang, terdapat berbagai macam kewirausahaan
yang dilakukan oleh seseorang untuk menafkahi keluarga.
3. Biografi pengarang
Cerpen berjudul “Tak Menyangka, Ternyata Dia Tahu” dikarang oleh Suci
Rohmawati. Dia lahir di Sragen, 5 Oktober 1998. Pernah sekolah di TK Pertiwi
II. Kemudian melanjutkan di SD Negeri Bumiaji 2. Setelah lulus SD, dia
melanjutkan ke SMP Negeri 2 Gondang. Dan di tahun 2014 ini dia sekolah di SMA
Negeri 1 Sragen, sekarang di kelas XI-MIA 6. Cerpen di atas merupakan cerpen
perdananya di kelas XI ini. Sebelumnya di pernah membuat cerpen dan puisi pada
saat SMP.
Sebelum menulis cerpen, kita harus membuat kerangka karangan terlebih
dahulu. Tujuan membuat kerangka karangan salah satunya untuk menghindari
terjadinya pengulangan topik dalam cerita. Contohnya dari cerpen di atas,
kerangka karangannya sebagai berikut :
- Perkenalan
- Mengupas jagung dan
merebusnya
- Menyiapkan ember di
bawah genteng yang bolong
- Astri bingung tentang
administrasi buku sekolah
- Menyiapkan makan malam
- Makan malam
- Hujan deras dan lampu
padam
- Bapak belum pulang
- Wiyati di dapur
- Astri tidur
- Bangun tidur
- Ada tamu
- Ke rumah sakit
- Teri memberi uang pada
Astri
Kisah
Sukses Wirausaha Jamur Kriuk
Fatoni adalah seorang contoh wirausaha sukses yang menekuni bisnis jamur
kriuk. Mungkin anda masih memandang sebelah tangan makanan yang satu ini.
Namun, makanan Jamur kriuk ini mampu mendatangkan limpahan rupiah buat Fatoni.
Sebelum sukses membangun bisnis waralaba Jamur Kriuk, Fatoni telah gagal
membangun bisnis konstruksi dan penerbitan. Bahkan ia pernah merasakan pahitnya
menjadi pengangguran walaupun sudah mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Tapi
pintu sukses bagi Fatoni terbuka usai memperistri gadis idamannya, Lita Desita
Permatasari.Menjadi wirausaha sukses adalah cita-cita Fatoni. Pemilik CV
Manggala Karya Abadi (MKA) di Purwokerto, Jawa Tengah, ini sejak kecil sudah
mendambakan memiliki usaha yang bisa mempekerjakan orang lain. Demi mengejar cita-cita
ini, saat masih duduk di bangku SMA, Fatoni juga tak sungkan berjualan beras.
Ketika itu, untuk melanjutkan sekolah, Fatoni harus indekos di Cilacap.
Lantaran kiriman dari orangtua juga pas - pasan. Fatoni pun berjualan beras
agar dapat membayar ongkos indekos. "Pelanggan saya adalah para tetangga
kos," kata wirausaha waralaba Jamur Kriuk ini. Tapi usaha itu tidaklah
lama, Fatoni terpaksa gulung tikar karena ditipu teman kosnya sendiri hingga
modal dagangnya pun melayang. "Berasnya diambil namun tidak dibayar,"
kenang Fatoni. Namun pengalaman buruk itu justru semakin melecut pria kelahiran
4 April 1982 ini untuk mendalami ilmu berbisnis. Begitu lulus SMA, Toni
melamutkan kuliah di Jakarta hingga meraih gelar magister manajemen. Merasa
ilmunya sudah mumpuni. Fatoni membuka , perusahaan patungan bidang konstruksi
dan penerbitan bersama sahabatnya. Tapi sayang, usaha ini gagal. Saat itu
Fatoni sempat meratapi kegagalannya itu. Tapi ia juga tidak mau berlama-lama
larut didalam kesedihan. Fatoni berusaha bangkit kembali dengan mencoba mencari
pekerjaan di Jakarta. Tetapi Ibukota tak mampu memberi harapan masa depan untuk
Fatoni. Ketika itu, Fatoni sempat melamar ke perusahaan otomotif dan perbankan,
namun dua perusahaan itu tak memberinya kesempatan. Gagal mencari pekerjaan di
Jakarta, Fatoni pun terpaksa mudik ke rumah orangtuanya di Purwokerto. Di
kampung, Fatoni juga tak memiliki pekerjaan tapi dia tetap percaya diri
menikahi gadis impiannya, Lita Desita Permatasari. Walaupun tidak memiliki
penghasilan tetap, jodoh saya ternyata datang," ujarnya, senang. Dengan
sang isteri, Fatoni pun memulai lembaran baru dalam hidupnya. Karena tidak
memiliki pekerjaan, Fatoni sempat menemui kegagalan berbisnis konstruksidan
penerbitan. Fatoni mengisi hari-harinya membantu usaha mertua berbisnis rumah
makan. Saat membantu bisnis keluarga istrinya itulah Fatoni mendapatkan
inspirasi untuk berbisnis makanan. Apalagi mertua dan istrinya mahir memasak.
Guna mewujudkan impian bisnisnya itu, Fatoni berusaha mencari informasi lengkap
tentang peluang usaha makanan dari berbagai lileratur. Dari situlah, Fatoni
menemukan konsep bisnis waralaba. "Konsep ini saya diskusikan dengan
istri, temyata dia setuju," ujar Fatoni. Setelah konsep bisnis selesai,
Fatoni masih bingung, kira-kira makanan apa yang bisa dijual dan laris manis
sehingga dengan gampang bisa diwaralabakan. "Kebetulan ketika itu isteri
saya memasak jamur goreng dan rasanya enak. Saya pikir, inilah menu yang pas
untuk usaha saya," cerita Fatoni, panjang lebar. Fatoni mulai bereksperimen.
Dia meminta sang isteri untuk membuat jamur goreng namun dengan aneka varian
rasa. Dan temyata, jamur goreng dengan aneka rasa ini memang enak bila jamur
digoreng kering dan garing renyah. Lita
Desita, isteri Fatoni, menambahkan, dia bersama suaminya tidak memerlukan waktu
lama untuk mengeksekusi wirausaha jamur kriuk itu. Setelah konsepnya matang dan
produknya sudah ada, kami langsung membuka usaha jamur ini," terang
LitaTemyata, perhitungan Fatoni benar, jamur goreng itu laris manis. Berkat pergaulan
Fatoni yang luwes, para terwaralaba pun berdatangan. Mereka ingin berbisnis
jamur goreng yang kemudian diberi nama Jamur Kriuk im Dalam pandangan sang
istri, Fatoni memang sosok yang mudah bergaul. Itulah sebabnya, dia tak
kesulitan menjaring investor untuk mengembangkan bisnis. Namun, Lita juga
menyadari kelemahan sang suami yang mudah percaya kepada orang lain. Ini sering
disalahgunakan." kata lita Lita menilai kesuksesan suaminya itu tidak
lepas dari kerja keras mereka setelah hidup bersama "Sebagai kepala
keluarga, dia tidak mau ambil keputusan sendiri, tapi selalu lewat diskusi
dulu," ungkap Lita
Anak Lelaki Yang Menjadi
Pengusaha Sukses
Pada suatu ketika Usman terlahir dan dibesarkan di keluarga miskin , dia
membentuk karakter menjadi seorang pekerja keras dan tak pantang menyerah .
sejak kecil ia sudah harus melakoni pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh
orang dewasa hanya dengan mengandalkan hasil panen sawah , itupun Cuma beberapa
petak . Bapa Asep dan ibu Siti yang tidak lain adalah ayah dan ibu dari 7 orang
anak , keluarga tersebut sangat kesulitan untuk membiayai kebutuhan keluarganya
. Jangankan memikirkan pendidikan Usman beserta saudara-saudaranya , biaya
hidup sehari-hari saja sulitnya bukan main . Hari berganti hari hanya berkutat
pada upayanya untuk bertahan hidup , alih-alih menyusun perencanaan masa depan
bagi anak-anaknya saat itu , masa depan bagi Usman adalah gambaran akan
kegitaran hidup yang siap mencengkram di masa depan .
Keadaan demikian yang menjadikan Usman yang usia nya masih kecil kala itu ,
sudah harus memikirkan hal-hal yang semestinya menjadi beban orang tua saat itu
. saat Usman duduk di bangku SD , Usman sudah harus bersiasat dengan waktu .
Ketika waktu sholat subuh baru saja berlalu Usman sudah harus meninggalkan
rumah kala hari masih gelap dengan semangatnya ia menyusuri tiap semak-semak
belukar di pinggir kampung mencari sebuah kelapa yang mungkin jatuh di malam
tadi kebetulan beruntung kelapa tersebut di bawa ke sekolah untuk ditukarkan
sama kue yang menjadi favoritnya saat itu . Kalau nasib Usman kurang beruntung
, terpaksa dia harus gigit jari melihat teman-teman lainnya menikmati kue di
kala ia istirahat . Segera setelah pulang sekolah , Usman sudah ada di pinggir
kampung , mengembala kerbau . Di kala waktu musim padi tiba Usman harus ikut
membantu orang tuannya membajak sawah .
“Pernah suatu ketika , Usman membajak pada jam 2 malam sebab ke esokan harinya
, saya harus ikut ulangan sekolah “ . Memasuki bangku SMP , Usman tumbuh
menjadi pemuda dalam usia 16 tahun yang berbadan kekar dan kuat , sudah tentu
sangat mengagumkan . Dengan begitu dia merasa sangat percaya diri melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang lebih berat dari pekerjaan sebelumnya . pada usia anak
SMP Usman menjadi kuli angkut di pasar , kuli bangunan , dan melakoni pekerjaan
orang dewasa lainnya . Saat truk angkut tiba Usman bersama teman-temannya di
kampung , menjadi kuli angkutan barang dari mobil ke took-toko . diantara semua
kuli angkutan Usman dan anak kuli lainnya . dari pengalaman menjadi kuli
angkut Usman berfikiran untuk merekam kegiatan bisnis tersebut
Dalam usia Usman yang beranjak mulai dewasa , Usman membuka usaha-usaha yang
menurutnya pantas untuk disalukan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan
pekerjaan . Ia pun membuka usaha laundry yang menurutnya bisa membantu
orang-orang yang membutuhkan pekerjaan , dan Usman melakukan usaha itu dengan
mengandalkan 5 orang karyawan lalu dia membagi-bagikan karyawannya di setiap
sudut-sudut pekerjaan yang di tetapkan oleh Usman .
Usman pun sudah bisa mendapatkan penghasilan yang menurutnya cukup untuk
kebutuhan lainnya . lalu Usman membuka cabang usaha laundry nya lagi di luar
kota dan memperkerjakan orang lain yang sangat dipercayainya untuk menjaga
usaha laundrynya , lalu Usman cukup mengatur karyawannya agar lebih santun
kepada konsumen yang berlangganan ke laundrynya . Usman sangat senang dan
gembira membuka usaha laundry ini , keluarganya pun begitu gembiranya melihat
anaknya menjadi pengusaha yang sukses .
Usman pun berkepikiran ingin mengajak kedua orangtuanya untuk melaksanakan naik
haji dan Usman sudah bisa membahagiakan orang tuanya yang mengurus dia dari
kecil sampai menjadi orang sukses seperti sekarang . Sepulang dari mekah Usman
memperkenalkan seorang wanita yang bernama Tuti Sulistiawati kepada kedua
orangtuannya , lalu Usman meminta kepada bapa dan ibunya supaya bisa merestui /
menikahi wanita yang sangat di sayanginya . Lalu kedua orangtuanya pun merestui
Usman untuk menikahi wanita tersebut , kemudian Usman tidak menunda-nunda untuk
menikahi wanita tersebut .
Sudah berajak sekitar 2 tahun menikah Usman dan istrinya dikaruniai seorang
anak perempuan yang bernama Salma , Usman pun sangat bahagia sekali mengurus
anak dan istrinya dan hidup senang yang jauh dari keterpurukan kemiskinan yang
pernah dialaminya sewaktu dia kecil
Kisah Sukses Wirausaha
Jamur Kriuk Fatoni adalah
seorang contoh wirausaha sukses yang menekuni bisnis jamur kriuk. Mungkin anda
masih memandang sebelah tangan makanan yang satu ini. Namun, makanan Jamur
kriuk ini mampu mendatangkan limpahan rupiah buat Fatoni. Sebelum sukses
membangun bisnis waralaba Jamur Kriuk, Fatoni telah gagal membangun bisnis
konstruksi dan penerbitan. Bahkan ia pernah merasakan pahitnya menjadi
pengangguran walaupun sudah mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Tapi pintu
sukses bagi Fatoni terbuka usai memperistri gadis idamannya, Lita Desita
Permatasari.Menjadi wirausaha sukses adalah cita-cita Fatoni. Pemilik CV
Manggala Karya Abadi (MKA) di Purwokerto, Jawa Tengah, ini sejak kecil sudah
mendambakan memiliki usaha yang bisa mempekerjakan orang lain. Demi mengejar
cita-cita ini, saat masih duduk di bangku SMA, Fatoni juga tak sungkan
berjualan beras. Ketika itu, untuk melanjutkan sekolah, Fatoni harus indekos di
Cilacap. Lantaran kiriman dari orangtua juga pas - pasan. Fatoni pun berjualan
beras agar dapat membayar ongkos indekos. "Pelanggan saya adalah para
tetangga kos," kata wirausaha waralaba Jamur Kriuk ini. Tapi usaha itu
tidaklah lama, Fatoni terpaksa gulung tikar karena ditipu teman kosnya sendiri
hingga modal dagangnya pun melayang. "Berasnya diambil namun tidak
dibayar," kenang Fatoni. Namun pengalaman buruk itu justru semakin melecut
pria kelahiran 4 April 1982 ini untuk mendalami ilmu berbisnis. Begitu lulus
SMA, Toni melamutkan kuliah di Jakarta hingga meraih gelar magister manajemen.
Merasa ilmunya sudah mumpuni. Fatoni membuka , perusahaan patungan bidang
konstruksi dan penerbitan bersama sahabatnya. Tapi sayang, usaha ini gagal.
Saat itu Fatoni sempat meratapi kegagalannya itu. Tapi ia juga tidak mau
berlama-lama larut didalam kesedihan. Fatoni berusaha bangkit kembali dengan
mencoba mencari pekerjaan di Jakarta. Tetapi Ibukota tak mampu memberi harapan
masa depan untuk Fatoni. Ketika itu, Fatoni sempat melamar ke perusahaan
otomotif dan perbankan, namun dua perusahaan itu tak memberinya kesempatan.
Gagal mencari pekerjaan di Jakarta, Fatoni pun terpaksa mudik ke rumah
orangtuanya di Purwokerto. Di kampung, Fatoni juga tak memiliki pekerjaan tapi
dia tetap percaya diri menikahi gadis impiannya, Lita Desita Permatasari.
Walaupun tidak memiliki penghasilan tetap, jodoh saya ternyata datang," ujarnya,
senang. Dengan sang isteri, Fatoni pun memulai lembaran baru dalam hidupnya.
Karena tidak memiliki pekerjaan, Fatoni sempat menemui kegagalan berbisnis
konstruksidan penerbitan. Fatoni mengisi hari-harinya membantu usaha mertua
berbisnis rumah makan. Saat membantu bisnis keluarga istrinya itulah Fatoni
mendapatkan inspirasi untuk berbisnis makanan. Apalagi mertua dan istrinya
mahir memasak. Guna mewujudkan impian bisnisnya itu, Fatoni berusaha mencari
informasi lengkap tentang peluang usaha makanan dari berbagai lileratur. Dari
situlah, Fatoni menemukan konsep bisnis waralaba. "Konsep ini saya
diskusikan dengan istri, temyata dia setuju," ujar Fatoni. Setelah konsep
bisnis selesai, Fatoni masih bingung, kira-kira makanan apa yang bisa dijual dan
laris manis sehingga dengan gampang bisa diwaralabakan. "Kebetulan ketika
itu isteri saya memasak jamur goreng dan rasanya enak. Saya pikir, inilah menu
yang pas untuk usaha saya," cerita Fatoni, panjang lebar. Fatoni mulai
bereksperimen. Dia meminta sang isteri untuk membuat jamur goreng namun dengan
aneka varian rasa. Dan temyata, jamur goreng dengan aneka rasa ini memang enak
bila jamur digoreng kering dan garing renyah. Lita
Desita, isteri Fatoni, menambahkan, dia bersama suaminya tidak memerlukan waktu
lama untuk mengeksekusi wirausaha jamur kriuk itu. Setelah konsepnya matang dan
produknya sudah ada, kami langsung membuka usaha jamur ini," terang
LitaTemyata, perhitungan Fatoni benar, jamur goreng itu laris manis. Berkat
pergaulan Fatoni yang luwes, para terwaralaba pun berdatangan. Mereka ingin
berbisnis jamur goreng yang kemudian diberi nama Jamur Kriuk im Dalam pandangan
sang istri, Fatoni memang sosok yang mudah bergaul. Itulah sebabnya, dia tak
kesulitan menjaring investor untuk mengembangkan bisnis. Namun, Lita juga
menyadari kelemahan sang suami yang mudah percaya kepada orang lain. Ini sering
disalahgunakan." kata lita Lita menilai kesuksesan suaminya itu tidak
lepas dari kerja keras mereka setelah hidup bersama "Sebagai kepala
keluarga, dia tidak mau ambil keputusan sendiri, tapi selalu lewat diskusi
dulu," ungkap Lita
Kisah Sukses Wirausaha Peyek dan Geplak
artikel tentang: Kisah Sukses Wirausaha Peyek dan Geplak
judul artikel: Profil Pengusaha Muda Sukses Lulusan SMA,
Wirausaha Peyek & Geplak
Di balik kesuksesan pasti ada yang
melatarbelakangi , dan kesuksesan mestinya di mulai dari nol dulu. Memang tidak
gampang menjadi orang sukses, butuh usaha keras untuk mencapainya.
Kebanyakan lulusan perguruan
tinggi yang sudah menjadi sarjana, bekerja di kantoran dengan setelan jas yang
parlente dan mendapat gaji banyak dengan pangkat yang tinggi adalah hal yang
menjadi mimpi mereka. Tapi, apakah mimpi itu semanis kenyataan yang ada? Sama
sekali tidak. Bagi kalian yang sudah sarjana dan masih menjadi pengangguran,
tidak ada salahnya anda menjadi seorang pengusaha. Menjadi pengusaha itu tidak
akan menjadi anda hina atau mendadak tidak diakui kesarjanaan anda.
Dan jangan sekalipun meremehkan
hal kecil dan jangan sekalipun meremehkan orang yang tidak selevel anda
kesarjanaannya. Simak kisah seorang lulusan SMA yang sukses menjadi pengusaha
muda yang menggeluti usaha makanan ringan dan jika dibandingkan dengan gaji
seorang manajer bank, penghasilan pengusaha muda ini jauh berlipat lebih besar.
Kelik, Lulusan SMA yang Jadi Pengusaha Sukses
Meski hanya lulusan sekolah
menengah atas, Arifdiarto Ambar Wirawan (35) atau yang akrab disapa Kelik
berhasil menjadi pengusaha sukses. Usaha geplak dan peyek tumpuk yang sudah
digelutinya selama 10 tahun ini mampu meraih omzet hingga Rp 60 juta per bulan.
Dengan margin 30 persen, Kelik
bisa menyisakan keuntungan sekitar Rp 18 juta per bulan. Nilai yang luar biasa
bagi pengusaha di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Meski sudah sukses, ia belum
merasa puas. Penambahan cabang gerai baru di kota lain menjadi obsesinya ke
depan.
Kelik membuka usaha geplak dan
peyek tumpuk bersama istrinya, Sri Kasih (32), di Jalan Wahid Hasyim, Bantul.
Toko berukuran 5 x 8 meter itu berdampingan dengan rumah tempat tinggalnya
sekaligus lokasi produksi. Dulu, toko itu hanya berupa bangunan bambu, tetapi
kini sudah berkembang menjadi bangunan permanen dengan desain lebih menarik.
Dalam sehari, Kelik membutuhkan
sekitar 2,5 kuintal gula pasir untuk membuat geplak. Untuk peyek tumpuk, ia
butuh sekitar 50 kilogram kacang dan 25 kilogram tepung beras per hari. Untuk
membantunya berproduksi, ia mempekerjakan 20 tenaga kerja.
Apa istimewanya geplak buatan
Kelik. Menurut dia, ia hanya menggunakan gula asli tanpa pemanis sehingga rasa
manisnya lebih mantap. Tak heran jika geplak yang dijual seharga Rp 16.000 per
kilogram itu laris manis. ”Kalau bentuknya hampir sama produk milik orang lain,
tetapi dari segi rasa, konsumen bisa membedakannya,” katanya.
Untuk membuat geplak, ia memakai
kelapa, gula, dan aroma sesuai selera. Proses pembuatan geplak diawali dengan
pemarutan kelapa lalu santannya ditempatkan di kuali dan dicampur dengan gula
kemudian diaduk. Setelah dinaikkan ke tungku sekitar 4 jam, lalu diturunkan dan
diberi aroma, olahan itu kemudian dibentuk dan diangin-anginkan selama 10
menit.
Menurut Kelik, produknya yang
dinilai istimewa adalah peyek tumpuk. Sesuai dengan namanya, peyek tersebut
dibuat dengan cara menyusun sehingga membentuk rangkaian peyek. Berbeda dengan
peyek pipih yang dimasak dengan satu kali penggorengan, peyek tumpuk digoreng
selama tiga kali.
Pertama, penggorengan dimaksudkan
untuk membuat susunan peyek. Setelah terbentuk susunan, peyek dipindahkan ke
penggorengan kedua. Pada penggorengan pertama, nyala api harus kuat agar efek
panasnya tinggi. Tujuannya supaya kacangnya bisa lekas matang. Di penggorengan
kedua, nyala api justru lebih kecil karena tujuannya supaya peyek secara
keseluruhan bisa matang. ”Kalau apinya terlalu besar, bisa gosong,” ujar bapak
tiga anak ini.
Sebelum masuk ke penggorengan
terakhir, peyek terlebih dahulu diangin-anginkan selama semalam. Tujuannya
supaya peyek benar-benar renyah dan gurih. Peyek tersebut dijual seharga Rp
32.000 per kilogram. Untuk proses pengapian, ia memanfaatkan tempurung kelapa.
”Untuk membuat peyek dan geplak,
dalam sehari saya butuh sekitar 750 butir kelapa. Kalau tempurungnya tidak saya
manfaatkan kan sayang. Hitung-hitung, ongkos produksi bisa ditekan, apalagi
harga gas dan minyak tanah sudah sangat mahal,” katanya.
Ide pembuatan peyek tumpuk
sebenarnya berasal dari mertuanya yang kebetulan bernama Mbok Tumpuk. Sebagai
menantu, Kelik berhasil meningkatkan usaha mertuanya dengan tetap mempertahankan
nama Mbok Tumpuk sebagai identitas produknya.
Menurut Kelik, membuka usaha di
bidang makanan awalnya tergolong susah. Karena belum dikenal masyarakat,
biasanya penjualan masih minim. Kalau tidak kuat, si pengusaha bisa saja
memutuskan untuk berhenti.
”Bagi saya, usaha butuh
konsistensi. Meski awalnya tidak laku, saya harus terus berproduksi. Saya tidak
boleh menyerah. Konsistensi juga faktor utama untuk menumbuhkan kepercayaan
pelanggan,” paparnya.
Selain konsistensi, lanjut Kelik,
faktor kejujuran juga memegang peranan penting. Kepada pembeli, ia selalu
menginformasikan soal masa kedaluwarsa produknya. Kalau waktunya tinggal
sedikit, ia menyarankan pembeli tidak mengambilnya, apalagi jika peyek atau
geplak tersebut akan dibawa ke luar kota.
Kelik hanya menjual geplak dan
peyeknya di toko sendiri. Ia sengaja tidak menitipkannya ke toko-toko lain
meski banyak permintaan. Ia khawatir bila dititipkan, harga dan kualitas tidak
bisa terkontrol. ”Bisa saja di toko lain produk kami dijual sangat mahal.
Mereka juga bisa saja menjual produk kedaluwarsa. Kalau sudah begitu, citra
kami pasti hancur,” katanya.
Ia berharap bisa membuka gerai
sendiri di kota-kota besar. Dengan pengendalian sendiri, ia yakin usahanya bisa
maju karena semuanya lebih terkontrol. Sampai sekarang saja, Kelik bersama
istri masih terlibat langsung dalam proses peracikan bumbu.
”Jangan terlalu percaya dengan
karyawan. Semuanya harus kami monitor selama kami masih sanggup,” ujarnya.
Cerita Sukses Pedagang Bakso ( Tugas Technopreneurship )
seorang penjual bakso keliling yang setiap sore selalu
ditunggu-tunggu oleh pelanggan. Ia berjualan bakso sejak saya masih remaja,
dengan rasa yang biasa-biasa saja. Tetapi dalam lima tahun terakhir, saat
penjual bakso mulai banyak, saya melihat perubahan yang besar. Selain rasa
baksonya yang enak, rasa kuahnya juga sangat sedap, halal, harganya juga murah.
Pantas, setiap
orang selalu menunggu-nunggu saat ia lewat. Namanya, Timbul. Nama ini, kini
bukan sekedar nama bakso, tetapi sudah menjadi guyonan jika ada orang yang
sedang berdiri di tepi jalan. Ketika ditanya, menunggu siapa? Jawaban slengekan
sering dibalas dengan ucapan : menunggu Timbul.saya mendatangi rumahnya, menanyakan
mengapa rasa baksonya begitu enak, tekstur, kekenyalannya, juga rasanya.
Semuanya dibuat alami, dari bahan halal, daging sapi beneran, bukan daging
glonggongan, tanpa bahan pengawet karena selalu habis dalam sehari.
“Rahasianya apa kok baksonya enak,” tanya saya kepadanya, Timbul
mau menceritakan perjalanan hidupnya, dari sejak berjualan bakso pertama kali,
hingga hari ini. Jika dihitung-hitung, sudah lebih dari 15 tahun ia berjualan bakso.Iapun menceritakan, bagaimana ia
setiap hari mencoba membuat bakso terbaik dan rasa terenak sesuai yang
diinginkan pelanggan. Setiap pulang dari berjualan, ia selalu mengoreksi
kekurangannya bersama istri tercintanya. Menghitung omzet, keuntungan, meskipun
jumlahnya tidak seberapa, justru merupakan kegiatan berikutnya.
Untuk mengetahui apa yang diinginkan pelanggan, caranya, ia selalu
mendengar apa saja yang dikeluhkan pelanggan, mulai dari kuah yang anyep,
bakso yang kurang empuk, hingga omela-omelan lain yang sering diucapkan
pelanggan. Semua didengarkan. Saran, kritikan, cacian, tidak membuatnya marah, tetapi
malah ‘tersenyum’ dan berkeinginan untuk terus memberikan yang terbaik
kepada pelanggannya. Rasa baksonya yang enak rahasianya terletak pada
campuran daging, dan bahan lain dengan adonan yang tepat. Rasa kuahnya yang
sedap terletak pada perlakuan pemberian bumbu-bumbu dan kaldu yang tepat, serta
pengapian saat memasak.
Pada awal masa produksi, Timbul hanya mengolah 25 kilogram daging
sapi. Ia menggiling dan membuat bakso sendiri. Memperbaiki kerusakan mesin sen-
diri. Setelah bakso jadi, dengan sepeda motor ia mengirim bakso ke pasar
Cipinang, Jatinegara, Kebayoran Lama, dan Kramat Jati pun seorang diri.
Timbul yang kala itu membuat bakso dengan mesin giling manual
memiliki kenangan. Karena teledor, jari manis tangan kanannya masuk ke dalam
mesin giling bakso. Walhasil, ujung jarinya masuk ke mesin dan tergiling oleh
spiral yang ada di dalamnya.
Selain kenangan saat membuat bakso, ada pula kisah saat pertama
kali Timbul memasarkan bakso. Oleh seorang pedagang bakso di pasar Kramat Jati,
Jakarta, Timbul diminta datang pukul 4.30 sore. Tapi ia telat. Si pedagang pun
marah. Bakso yang ia bawa akhirnya dilempar, dan ia langsung disuruh pulang.
Timbul sebetulnya kecewa, tapi setelah mengendapkan pikiran, ia sadar bahwa
kejadian itu karena kesalahan dirinya. Ia pun berjanji kepada diri sendiri akan
lebih menghormati mitra bisnis dan mengirim pesanan sebelum batas waktu.
Esok hari dan hari-hari berikutnya Timbul tetap setia menjalani
rutinitas membuat dan memasarkan bakso. Pesanan bakso terus bertambah, dari yang
semula hanya satu atau dua karung, berikutnya beberapa karung. Kapasitas muat
motor sudah tidak memungkinkan. Sadar bahwa antara pesanan dan kemampuan armada
pengirim tidak memadai lagi, ia pun menyewa dari saudaranya mobil pick-up
Suzuki ST20, orang biasa menyebut mobil dua tak dengan volume mesin 500cc itu
dengan Suzuki Truntung.
Kisah Sukses Cak Eko Pengusaha “Bakso Malang Kota – Cak Eko”
Mengapa
dalam waktu yang sama, ada orang yang sukses namun ada juga yang gagal ?
Di satu sisi, ada orang yang tidak serius dalam berusaha, semau-gue dalam
bekerja, pengalaman berwirausaha yang minim, bahkan seringkali tidak mampu
bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Namun dilain sisi, ada orang
yang begitu produktif, dengan usia yang relatif masih muda ia melesat dengan
segudang pengalaman usaha, berjuta ilmu dan inspirasi namun tetap rendah hati.
Ya, inilah
sekilas cerita sukses Cak Eko. Pengusaha muda berusia 35 tahun ini berbagi
pengalaman jatuh bangunnya dalam berwirausaha. Ketika berumur 23 tahun, waktu
itu adalah awal mula dia terjun dalam bidang usaha.
Pertama,
dia pernah berbisnis handphone. Tidak sempat berjalan lama dan gagal. Faktor
yang menyebabkan kegagalan di bidang seluler ini kata dia antara lain tidak
fokus, tidak mampu menguasai pasar, menganggap usaha tersebut hanya sambilan
dan tambah-tambah penghasilan saja.
Kedua, dia
mencoba peruntungan usaha di bidang agribisnis. Namun mengalami kegagalan.
Penyebab kegagalannya ternyata mendasar sekali, yaitu tidak menguasai ilmunya.
Disebutkan bahwa dia tidak mengetahui dosis pupuk yang harus diberikan,
akibatnya terjadi gagal panen yang akhirnya mengalami kerugian.
Ketiga,
seorang Cak Eko juga pernah terjun dalam bisnis busana, namun kembali mengalami
kegagalan. Penyebab kegagalannya adalah kurang mempelajari situasi dan kondisi
pasar yang sedang terjadi, kurang memiliki rasa percaya diri, dan tidak mampu
bersaing dalam hal marketingnya.
Keempat,
dia pernah menggeluti usaha kerajinan. Berbagai kerajinan diproduksinya, namun
lagi-lagi ia harus menerima pil pahit alias gagal. Penyebabnya adalah belum
mengetahui segmentasi pasar, hanya mengikuti kata hatinya yang tertarik untuk
melakukan ekspor dan tidak mempelajari betul bagaimana caranya menembus pasar
ekspor, pemasaran secara door to
door sehingga
kesulitan dalam hal cash flow, dan
sulit menagih uang ke konsumen bahkan pernah sampai tiga minggu lamanya. Hal
tersebut menyebabkan uang untuk modal berikutnya mengalami kemacetan.
Keempat
usaha tersebut adalah sebagian usaha yang pernah dia geluti dan semuanya gagal.
Menurut penuturannya dia pernah sepuluh kali mengalami kegagalan dalam
membangun usaha, sehingga selain itu ada enam jenis usaha lain yang pernah
digelutinya dan mengalami kegagalan. Namun, dia adalah seseorang dengan tipe
pekerja keras dan pantrang menyerah. Setiap kali jatuh dan gagal, ia terus
bangkit, tidak tinggal diam, berusaha menciptakan usaha baru dengan semangat
yang tetap. Dalam benaknya, dia harus terus maju, besar, dan dapat membuka
lapangan kerja bagi orang lain.
Bagi pria
jebolan Fakultas Teknik Sipil – Institut Teknologi Semarang ini, kegagalan
merupakan pelajaran bisnis yang tidak ia dapatkan di bangku perkuliahan. Bahkan
ketika kuliah ia pernah mendapat nilai E dan harus mengulang mata kuliah yang
bersangkutan dengan wirausaha itu.
Awal tahun
2006, ia mulai tertarik untuk berbisnis bakso. Ketertarikannya bermula dari
sebuah bandara, ia melihat sebuah gerai yang dikerumuni banyak orang dan
tentunya laku keras. Namun dalam bayangannya ia dihadapkan pada masalah
permodalan, di bandara itu kira-kira diperlukan tiga ratus juta untuk menyewa
sebuah gerai. Kendala lainnya adalah dia tidak bisa membuat bakso. Untuk
kendala yang kedua ini nampaknya tidak terlalu sulit bagi dia untuk
mengatasinya. Dia pergi ke Surabaya dengan maksud ingin mempelajari bagaimana
proses pembuatan bakso. Disana, ia menyuruh seorang kerabatnya untuk mencarikan
orang yang biasa membuat bakso. Setelah dipertemukan dengan si pembuat bakso,
ia belajar selama sehari suntuk. Setelah itu, ia kembali ke Jakarta dan
melakukan eksperimen selama 3 bulan.
Setelah 3
bulan bereksperimen, akhirnya ia menemukan formula kering. Meski demikian, ia
sempat ragu akan bakso buatannya itu. Ia pun membawa bakso buatannya tersebut
untuk dicobakan kepada teman-temannya. Dia tidak menyebutkan tester baksonya
itu buatan dia sendiri, ia mengatakan pada teman-temannya bahwa bakso tersebut
adalah membeli dari orang lain. Namun apa yang terjadi, setelah dicoba ternyata
bakso tersebut diakui teman-temannya lezat sekali, bahkan ada salah seorang
temannya minta no hp si pembuat bakso (yang padahal dirinya) karena minggu
depan ada acara besar katanya. Betapa terkejutnya Cak Eko waktu itu, betapa
tidak, bakso buatannya itu terpakai dan bahkan temannya tadi ingin membeli
dalam jumlah banyak karena kelezatannya itu. Akhirnya dia mengaku bahwa bakso
tersebut adalah hasil jerih payahnya selama tiga bulan. Dia mulai percaya diri
dan yakin bahwa bakso buatannya itu harus segera dikomersialkan.
Pada saat
itu, ia dihadapkan pada sebuah kendala. Ia harus mempunyai modal sekitar 40
juta, 30 juta untuk menyewa tempat dan 10 juta untuk peralatan. Dia tidak
terjebak dan terlarut dalam menghadapi kendala tersebut dan akhirnya menemukan
solusi. Dia mencari tempat yang murah di Bekasi, berkeliling kesana kemari. Dia
menemukan sebuah Pujasera yang baru saja dibangun, lalu dia menemui pemiliknya.
Ternyata disana sudah ada 3 produsen bakso yang hendak beroperasi. Si pemilik
Pujasera sempat menolak Cak Eko dengan dalih tidak sampai hati kepada ketiga
produsen bakso yang telah lebih dulu darinya. Dia terus memutar otaknya,
bagaimana caranya agar ia bisa berproduksi disana. Timbullah sebuah ide, ia
mengusulkan kepada si pemilik Pujasera untuk melakukan tender di rumahnya
dengan cara mentesterkan bakso masing-masing. Pada hari minggunya ia mendapat
kabar bahwa tender dimenangkan olehnya. Betapa senangnya hati Cak Eko waktu
itu, ia bisa berproduksi tanpa harus menyewa toko. Selanjutnya ia membeli
peralatan dan bahan baku. Waktu itu modalnya kurang lebih 2,5 juta. Omset pertama
ia jualan lumayan besar, sekitar 900 ribu. Omset tersebut terbilang besar dan
luar biasa, apalagi awal berjualan pada saat itu.
Setelah
mulai berjalan, ternyata dia tidak puas dengan penghasilannya pada saat itu.
Dia membuka cabang di Tamrin Square, Bekasi. Kemudian membuka cabang ketiganya
di Surabaya. Dia cukup lelah dengan membuka beberapa cabang baru usaha baksonya
itu. Dia berfikiran ‘kapan dapat menikmati hasilnya’. Akhirya dia memutuskan
untuk membangun pola usaha kemitraan. Dengan cara yang unik, banyak orang yang
ingin bermitra dengannya. Lalu, dia mendirikan tempat produksi di Surabaya.
Tujuannya agar mempermudah memasok ke Indonesia bagian timur.
Pada suatu
ketika, dia berfikir bagaimana caranya agar baksonya itu dikenal banyak orang
khususnya di Indonesia. Jika harus pasang iklan di Media, memerlukan biaya yang
tak sedikit jumlahnya. Ia memutar kembali otaknya, bagaimana caranya baksonya
bisa dikenal banyak orang dengan biaya yang rendah bahkan tanpa biaya.
Dibuatlah sebuah tulisan sederhana yang menceritakan profil usaha dan bagaimana
dia jatuh bangun dalam usahanya, kemudian dia menceritakan bagaimana ia
mengatur usaha baksonya dengan semangat yang besar. Mulai buka toko baksonya
pukul 9 pagi, namun persiapannya dimulai sejak pukul 3 dini hari dan pulang ke
rumah pukul 10 malam, setelah di rumah ia mengevaluasi kualitas bakso dan
keuangannya selama dua jam, sehingga dia hanya tidur selama 3 jam saja.
Tulisannya itu dikirim ke 10 media nasional. Dari 10 yang dikirimnya, ia
berharap 1 saja mau menerima dan memuatnya. Diluar dugaan, ternyata ada 3
majalah terkenal yang berkenan mengekspos profil usahanya itu. Pada bulan
agustus 2006, ketiga majalah tersebut menampilkan profil usahanya. Melalui
pendekatan media itulah ia diuntungkan dalam hal promosi, selain dikenal banyak
orang juga promosinya tersebut tanpa mengeluarkan uang sepeser pun alias
gratis.
Setelah
dimuat dalam media, banyak orang mengetahui usaha baksonya dan banyak juga yang
menawarkan untuk bermitra, terutama dari Indonesia bagian timur seperi Kupang
dan Makasar. Meskipun demikian, ia tidak hanya berfikir bagaimana membangun
kemitraan saja, tapi bagaimana dia harus mengatur sarana, modal dan sumberdaya
manusianya.
Dari
berbagai pengalaman itulah dia semakin kuat dan yakin untuk mulai go
Internasional khususnya Asean. Dalam melakukan ekspansi usaha kita harus
memperhatikan kemampuan yang kita miliki, jangan terlalu cepat, dan perhatikanperformancenya.
Itulah yang dilakukannya, hingga saat ini sudah membuka cabang sebanyak 127
cabang di Indonesia, bahkan sampai ke Vietnam dan Singapura.
Sepuluh
kali gagal tidak membuatnya berhenti di tengah jalan menuju kesuksesannya. Ia
terus bangkit dan belajar, tidak lupa belajar sekalipun sudah sukses seperti
saat ini.
Dia
mencoba mendiversifikasi usahanya di bidang kuliner seperti soto, sate dan
lain-lain. Ia juga membangun usaha di bidang pendidikan entrepreneur yang
bermitra dengan Renald Khasali Entrepreneur School. Salah satu tujuannya adalah
untuk menstimulasi generasi muda dalam berusaha dan memberikan pengertian
kepada mereka bahwa kesuksesan itu butuh proses, tidak instan begitu saja,
harus mempersiapkan segalanya dari mulai fisik, mental, manajemen, sumberdaya
dan sebagainya.
Menurut
Cak Eko dalam mengawali sebuah usaha, jangan terfokus pada hal-hal yang
bersifat formalitas dalam artian pekerjaan belum dapat dijalankan, belum mulai
berproduksi, sementara tenaga dan materi sudah banyak keluar. Sibuk memikirkan
Pembuatan CV atau PT tanpa memulai usahanya itu sendiri. Kita tidak boleh demikian.
Kita harus segera memulai usaha tanpa memikirkan Pembuatan CV atau PT terlebih
dahulu. Setidaknya, buatlah sertifikat halalnya dan kesehatan dari BPOM.
Beliau
juga berbagi kiat-kiat dalam melakukan usaha lainnya :
1.
Cari mitra atau teman, setelah banyak baru memikirkan Pembuatan
CV atau PT.
2.
Memanajeri perusahaan oleh diri sendiri, jangan sibuk mencari
manajer, kita lebih tahu usaha yang kita lakukan.
3.
Jangan gengsi dan jangan mengedepankan formalitas usaha.
4.
Jangan terpancing bahwa usaha itu harus segera mendapatkan
hasil, sehingga terlalu memaksakan diri dengan cara berhutang.
5.
Sebisa mungkin kita mengembangakan usaha dari omset yang ada,
jangan tergiur untuk berhutang, apalagi dengan bunga yang tinggi, terlalu
berisiko.
6.
Pilihlah mitra yang baik, carilah seperti kita mencarai pasangan
hidup. Pelajari karakter, kepribadian, visi dan tanggungjawabnya. Samakan mimpi
kita dengan mimpi mitra, jangan sampai terjadi simpang siur.
7.
Jangan berfikir yang enaknya saja. Untuk mahasiswa ada mata
kuliah kewirausahaan, manfaatkan dan pelajari sebaik mungkin.
8.
Buatlah konsep usaha yang jelas dalam bentuk proposal atau
secara tertulis lainnya.
9.
Mulailah suatu usaha di lingkungan sekitar, mengidentifikasi apa
yang dibutuhkannya.
10. Mulailah
dari usaha kecil-kecilan.
11. Buatlah
branding atau merk yang unik dan menarik, karena hal tersebut berpengaruh
terhadap imaje masyarakat/konsumen.
12. Tolak
mitos bahwa usaha kita itu berawal dari bakat keluarga.
13. Banyak
belajar dari orang-orang sukses, baca biografi mereka.
14. Camkan
dalam diri kita “saya harus bisa” karena apa yang kita pikirkan itulah yang
akan kita dapatkan.
15. Miliki
energi positif dan keyakinan yang kuat.
16. Mengikuti
ajang atau lomba kewirausahaan.
Itulah
sedikit cerita singkat dan kiat-kiat usaha Cak Eko yang kini tengah
menempuh pendidikan S2 Manajemen Proyek di Universitas Indonesia. Beliau juga
telah banyak memperoleh penghargaan, diantaranya dari Bank Mandiri, Bisnis
Indonesia dan lain-lain. Semoga kisah sukses ini bisa menjadi motivasi khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca untuk lebih yakin, giat dan semangat
dalam berwirausaha.
Kita hanya
bisa berusaha, selebihnya Alloh SWT lah yang menentukan keberhasilan dan
kesuksesan kita. Semoga kita termasuk orang yang ditaqdirkan sukses dan
berhasil oleh Alloh SWT. Aamiin Ya Robbal ‘aalamiin.
COUTION!
berilah Like/label setelah mencopas materinya. Thanks before guys
The King Casino - Ventureberg
BalasHapusThe King Casino is ventureberg.com/ owned by British casino operator Crown https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ Resorts and operated 출장마사지 by Crown Resorts. It is https://septcasino.com/review/merit-casino/ owned bsjeon.net by British ADDRESS: CASTLE